Nonton: Ferrari
Article Tentang : Ferrari
Review Film Ferrari: Sebuah Perjalanan Menuju Kejayaan dan Kepedihan
Michael Mann, maestro di balik film-film kriminal bertenaga seperti Heat dan Collateral, beralih genre dalam film terbarunya, Ferrari. Bukan lagi aksi menegangkan yang menjadi pusat cerita, melainkan drama manusia yang kompleks dan penuh nuansa. Film ini menelusuri perjalanan hidup Enzo Ferrari, dari seorang pembalap ulung hingga menjadi ikon otomotif dunia yang namanya melegenda. Namun, Ferrari bukan sekadar biografi sukses yang menawan; ia adalah eksplorasi mendalam tentang ambisi, pengorbanan, dan harga yang harus dibayar untuk mencapai puncak kejayaan. Mann dengan lihai mengolah kisah hidup Ferrari yang penuh lika-liku, menghadirkan sebuah narasi yang intens dan memikat, meskipun terkadang terasa lambat bagi penonton yang menginginkan aksi non-stop.
Sinopsis Singkat dan Pengantar
Film ini berlatar tahun 1957, di tengah-tengah puncak kejayaan dan juga krisis internal Scuderia Ferrari. Enzo Ferrari (Adam Driver), yang telah melewati berbagai kejayaan dan kegagalan di dunia balap, kini menghadapi masalah keuangan yang pelik dan hubungan yang retak dengan istri dan anak-anaknya. Kehadiran seorang jurnalis muda yang usil (Patrick Dempsey) semakin menambah tekanan pada Enzo, memaksanya untuk berkonfrontasi dengan masa lalunya yang penuh dengan penyesalan dan kehilangan. Melalui serangkaian kilas balik, kita diajak menyaksikan perjalanan Enzo, dari masa mudanya sebagai pembalap hingga perjuangannya membangun kerajaan otomotif yang begitu ikonik.
Analisis Tema
Ferrari bukan hanya tentang mobil-mobil cepat dan kemenangan di lintasan balap. Film ini menggali tema-tema universal yang relevan hingga saat ini. Ambisi yang tak terbendung menjadi salah satu tema utama, ditunjukkan melalui kegigihan Enzo dalam mencapai tujuannya, meskipun harus mengorbankan banyak hal. Namun, ambisi tersebut juga digambarkan sebagai pisau bermata dua, yang dapat menghancurkan hubungan personal dan menimbulkan penyesalan mendalam. Tema keluarga dan pengorbanan juga sangat menonjol. Hubungan Enzo dengan istrinya, Laura (Penélope Cruz), yang penuh dengan ketegangan dan kesalahpahaman, menunjukkan betapa besar harga yang harus dibayar untuk mengejar mimpi. Kehilangan putra tercintanya juga menjadi pukulan telak yang terus menghantui Enzo, membentuk kepribadiannya dan mempengaruhi setiap keputusannya.
Pendalaman Karakter
Adam Driver memberikan penampilan yang luar biasa sebagai Enzo Ferrari. Ia berhasil memerankan karakter yang kompleks dan penuh kontradiksi, sosok yang keras kepala namun juga rentan. Ekspresi wajahnya yang penuh emosi, mampu menyampaikan beban berat yang dipikul Enzo tanpa perlu banyak dialog. Penélope Cruz juga memberikan penampilan yang kuat sebagai Laura, istri yang setia namun terluka. Kimmy, karakter yang lebih muda, yang diperankan oleh Shailene Woodley, menunjukan sisi yang lebih humanis dari Enzo, sebuah sisi yang jarang terlihat di hadapan publik. Interaksi antara para aktor ini sangat meyakinkan, menciptakan dinamika keluarga yang terasa nyata dan menyentuh.
Sisi Visual dan Musik
Michael Mann, yang dikenal dengan gaya sinematografinya yang khas, kembali menunjukkan kehebatannya dalam Ferrari. Adegan balap yang menegangkan dan detail visual yang memukau, berhasil menghidupkan era keemasan balap mobil. Penggunaan warna yang kaya dan sinematografi yang indah, membuat penonton seakan-akan terbawa ke dalam dunia balap yang penuh adrenalin. Musik yang dipilih pun sangat pas dengan suasana film, menambah intensitas emosi pada setiap adegan.
Kesimpulan
Ferrari bukanlah film yang mudah dicerna. Ia membutuhkan kesabaran dan perhatian dari penonton untuk memahami kompleksitas karakter dan tema yang diangkat. Namun, bagi mereka yang mampu menyelami kedalamannya, film ini akan memberikan pengalaman menonton yang sangat berkesan. Ini adalah sebuah potret manusia yang jujur dan tanpa kompromi, sebuah studi karakter yang luar biasa dari seorang legenda yang penuh dengan kekurangan dan kehebatan. Film ini bukan hanya tentang mobil, tetapi tentang kehidupan, ambisi, dan konsekuensi dari pilihan yang kita buat. Meskipun tempo film yang relatif lambat mungkin bukan untuk semua orang, Ferrari patut diapresiasi sebagai sebuah karya seni sinematik yang kuat dan bermakna.